Senin, 25 Agustus 2014

di persimpangan kata

Angin malam mengejek kesendiriannya
Sinar rembulan menertawakan kesepiannya
Namun ia masih berjalan
menyusuri pesisir yang tak bergigi
serta masih setia menyanyikan teori

dia melihaat dunia tak lagi indah
melainkan surga yang perlahan menjadi neraka
namun ada beberapa kisah
yang tak pernah tertulis di matanya

Akhir-akhir ini dia menghilang
kutanya tikus, kutanya ular, tak ada yang tahu
tiba-tiba telfonku berdering
"maaf ku tak bisa merajut kisah denganmu"
"aku kabur dari tuhan"

Minggu, 24 Agustus 2014

Entahlah

matahari sore membakar udara
mengepisodekan merpati putih
yang melihat dikejauhan
keberagaman, kedamaian, keindahan
yang terkoyak nafsu-nafsu manusia
mengilustrasikan buruh
menghalusinasikan penderitaan nelayan
mengencingi mimpi-mimpi petani
dan merobek-robek harapan minoritas
tuhan, mengapa kau pergi?
kembalilah!, kami merindukan mu
kami merindukan harmoni
yang kau nyanyikan
saat fajar mulai tenggelam

Luka Pikiran

menulis kesepian memang mudah
menghapus keramaian, dia belum bisa

kehilangan hati membuatnya terlupa
bahwa hidup adalah balerina
yang bergerak, maju, dan berirama

sehari-hari dia meneropong kehidupan
tapi dari lubang semut pemikiran

berhari-hari matanya sayu
berbulan-bulan kamarnya penuh
dengan buku-buku retrorika kehidupan

hingga kilau pisau mebisikinya
"aku dekat dengan tuhan"

dia segera menhunus
dan berkata
"tuhan, ku debat pemikiranmu"

Hampa

lorong sunyi kampus mengigil
menyanyikan sebuah episode komedi
antara idealisme dan realita

lorong ramai pasar terdiam
melihat kucing hitam bersajak
antara makan dan kerja

menghapuskan tinta memang sulit
melukis peluh juga membelit

saat seorang penyair datang
dan meminum pil merah

Malang-AG2.25-8-14