Senin, 23 Februari 2015

Patung di depan Istana



Hari itu hujan deras sekali. Di pertigaan kota sebrang istana ter jadi kegaduhan. Beberapa paspampres terlihat segera menutup pintu menuju istana. Sehari kemudian, koran-koran konspirasi dan picisan mengabarkan ditemukan sebuah patung di dekat gerbang istana. Dan katanya patung itu dari emas yang berasal dari zaman kerajaan tarumanegara.
***
“eh benar gak patung itu ditemukan di gerbang istana?” tanyaku pada dosen tua yang mengampu sejarah.
“menurut orang dekat katanya sih iya, dan katanya juga ada ‘isi’ nya” dia menjawab sambil memandang koran. “kalau menurut geografi gimana, haha”
“besar kemungkinan terbawa oleh sungai citarum, diendapkan pas dihalaman istana” aku menjawab mantab
“kalian membual saja, paling-paling itu pengalih isu kasus KPK-Polri, buatan intelejen paling hahaha” dosen hukum menyahut dari pojok kantor.
“isu sepele aja dibahas, kasihan istrimu loh suaminya cepat tua hihi” dosen wanita dari sosiologi menjawab.
“ya ndak mungkin buk, lha wong olahraga setiap malam, hahaha” dosen sejarah tua menimpali.
“mumpung masih muda pak” jawabku seraya meninggalkan kantor dan menuju ruang perkuliahan. Dan di kantor mereka masih tertawa.
***
Seminggu kemudian aku menerima e-mail dari kementrian pertahanan. SANGAT PENTING begitu yang tertera pada subyek email-nya.  E-mail itu berisi undangan menuju istana. Pertemuan akan dilaksanakan pada hari kamis keliwon jam 12 malam. Mobil kepresidenan akan menunggu di depan rumah.
Aku mengira e-mail itu adalah spam, apalagi terlihat dari penulisan hari “kamis keliwon” yang berbau guyonan klenik. Maka e-mail itu segera kuhapus dan menjalani kehidupan seperti biasa.
***
Hari berlalu cepat, kamis sore bagiku merupkan berkah, pertanda waktu berkumpul dengan keluarga, menemani si sulung mengutak-ngatik komputer, membacakan dongeng buat si bungsu dan menikmati malam yang sunyi bersama istri di halaman belakang.
Namun ketika aku sampai di rumah, si bungsu menyambutku dengan wajah takut.
“yah, ada tentara masuk rumah, aku takut yaah” dia merengek seperti mau menangis.
“aku takut diculik seperti taun 65 yah” dari wajah nya muncul ketakutan serupa dongeng sejarah yang setiap hari kuceritakan
“sudah gak papa, itu tentara baik kok, buktinya kamu masih disamping ayah, cup-cup”
Segera aku menggendongnya dan masuk teras rumah. Tak seperti biasanya ada mobil mewah dan  dua orang berpakaian tentara di rumahku.
“Assalamualaikum pak, presiden menyuruh kami menjemput bapak segera, mobil sudah siap,mari pak” tanpa basa-basi dia langsung mengutarakan maksudnya.
“lho-lho kok ndadak, gak ada pemberitahuan lagi”
“kami sudah mengirimi bapak e-mail hari senin kemarin” jawabnya dengan  tegas. Segera aku teringat e-mail yang kukira spam itu.
“lha e-mailnya kayak guyonan, ya tak hapus, kirain bohongan”
“maaf pak, saya masih kurang paham persuratan, pada saat itu sekertaris kementrian lagi cuti” dia menggaruk kepala sambil cengar-cengir.
“papa, aku takut..” si bungsu meringkuk dalam gendongan ku.
“gapapa nak, udah kamu ikut mama dulu ya” aku menenagkannya seraya menyerahkan gendongan pada istriku.
“ya sudah, tunggu sini, tak mandi dulu” aku berpaling pada dua tentara itu.
“dek buatkan mereka kopi ya” aku menuju kamar mandi, solat dan berganti baju dengan cepat. 15 menit kemudian aku telah memasuki mobil mereka, kedua tentara itu duduk si depan sedangkan aku di belakang.
Aku membuka kaca mobil dan berkata pada istriku.
“dek, jangan lupa siapkan motherboard untuk si sulung dan bilang aku segera kembali”
“iya mas, cepet kembali ya mas, eh bungsu, salim dulu sama ayah”
Sibungsu menyalami ku, dan saat itu lah mobil berjalan dan meninggalkan rumah ku dengan perlahan.
“ada apa presiden ingin menemuiku?”
“sesuatu yang sangat penting pak, mengenai patung”
Bersambung…….

Senin, 25 Agustus 2014

di persimpangan kata

Angin malam mengejek kesendiriannya
Sinar rembulan menertawakan kesepiannya
Namun ia masih berjalan
menyusuri pesisir yang tak bergigi
serta masih setia menyanyikan teori

dia melihaat dunia tak lagi indah
melainkan surga yang perlahan menjadi neraka
namun ada beberapa kisah
yang tak pernah tertulis di matanya

Akhir-akhir ini dia menghilang
kutanya tikus, kutanya ular, tak ada yang tahu
tiba-tiba telfonku berdering
"maaf ku tak bisa merajut kisah denganmu"
"aku kabur dari tuhan"

Minggu, 24 Agustus 2014

Entahlah

matahari sore membakar udara
mengepisodekan merpati putih
yang melihat dikejauhan
keberagaman, kedamaian, keindahan
yang terkoyak nafsu-nafsu manusia
mengilustrasikan buruh
menghalusinasikan penderitaan nelayan
mengencingi mimpi-mimpi petani
dan merobek-robek harapan minoritas
tuhan, mengapa kau pergi?
kembalilah!, kami merindukan mu
kami merindukan harmoni
yang kau nyanyikan
saat fajar mulai tenggelam

Luka Pikiran

menulis kesepian memang mudah
menghapus keramaian, dia belum bisa

kehilangan hati membuatnya terlupa
bahwa hidup adalah balerina
yang bergerak, maju, dan berirama

sehari-hari dia meneropong kehidupan
tapi dari lubang semut pemikiran

berhari-hari matanya sayu
berbulan-bulan kamarnya penuh
dengan buku-buku retrorika kehidupan

hingga kilau pisau mebisikinya
"aku dekat dengan tuhan"

dia segera menhunus
dan berkata
"tuhan, ku debat pemikiranmu"

Hampa

lorong sunyi kampus mengigil
menyanyikan sebuah episode komedi
antara idealisme dan realita

lorong ramai pasar terdiam
melihat kucing hitam bersajak
antara makan dan kerja

menghapuskan tinta memang sulit
melukis peluh juga membelit

saat seorang penyair datang
dan meminum pil merah

Malang-AG2.25-8-14