Hari itu hujan deras sekali. Di pertigaan kota sebrang
istana ter jadi kegaduhan. Beberapa paspampres terlihat segera menutup pintu
menuju istana. Sehari kemudian, koran-koran konspirasi dan picisan mengabarkan
ditemukan sebuah patung di dekat gerbang istana. Dan katanya patung itu dari
emas yang berasal dari zaman kerajaan tarumanegara.
***
“eh benar gak patung itu ditemukan di gerbang istana?”
tanyaku pada dosen tua yang mengampu sejarah.
“menurut orang dekat katanya sih iya, dan katanya juga ada
‘isi’ nya” dia menjawab sambil memandang koran. “kalau menurut geografi gimana,
haha”
“besar kemungkinan terbawa oleh sungai citarum, diendapkan
pas dihalaman istana” aku menjawab mantab
“kalian membual saja, paling-paling itu pengalih isu kasus
KPK-Polri, buatan intelejen paling hahaha” dosen hukum menyahut dari pojok
kantor.
“isu sepele aja dibahas, kasihan istrimu loh suaminya cepat
tua hihi” dosen wanita dari sosiologi menjawab.
“ya ndak mungkin buk, lha wong olahraga setiap malam,
hahaha” dosen sejarah tua menimpali.
“mumpung masih muda pak” jawabku seraya meninggalkan kantor
dan menuju ruang perkuliahan. Dan di kantor mereka masih tertawa.
***
Seminggu kemudian aku menerima e-mail dari kementrian
pertahanan. SANGAT PENTING begitu yang tertera pada subyek email-nya. E-mail itu berisi undangan menuju istana.
Pertemuan akan dilaksanakan pada hari kamis keliwon jam 12 malam. Mobil
kepresidenan akan menunggu di depan rumah.
Aku mengira e-mail itu adalah spam, apalagi terlihat dari
penulisan hari “kamis keliwon” yang berbau guyonan klenik. Maka e-mail itu
segera kuhapus dan menjalani kehidupan seperti biasa.
***
Hari berlalu cepat, kamis sore bagiku merupkan berkah,
pertanda waktu berkumpul dengan keluarga, menemani si sulung mengutak-ngatik
komputer, membacakan dongeng buat si bungsu dan menikmati malam yang sunyi
bersama istri di halaman belakang.
Namun ketika aku sampai di rumah, si bungsu menyambutku
dengan wajah takut.
“yah, ada tentara masuk rumah, aku takut yaah” dia merengek
seperti mau menangis.
“aku takut diculik seperti taun 65 yah” dari wajah nya
muncul ketakutan serupa dongeng sejarah yang setiap hari kuceritakan
“sudah gak papa, itu tentara baik kok, buktinya kamu masih
disamping ayah, cup-cup”
Segera aku menggendongnya dan masuk teras rumah. Tak seperti
biasanya ada mobil mewah dan dua orang
berpakaian tentara di rumahku.
“Assalamualaikum pak, presiden menyuruh kami menjemput bapak
segera, mobil sudah siap,mari pak” tanpa basa-basi dia langsung mengutarakan
maksudnya.
“lho-lho kok ndadak, gak ada pemberitahuan lagi”
“kami sudah mengirimi bapak e-mail hari senin kemarin”
jawabnya dengan tegas. Segera aku
teringat e-mail yang kukira spam itu.
“lha e-mailnya kayak guyonan, ya tak hapus, kirain bohongan”
“maaf pak, saya masih kurang paham persuratan, pada saat itu
sekertaris kementrian lagi cuti” dia menggaruk kepala sambil cengar-cengir.
“papa, aku takut..” si bungsu meringkuk dalam gendongan ku.
“gapapa nak, udah kamu ikut mama dulu ya” aku menenagkannya
seraya menyerahkan gendongan pada istriku.
“ya sudah, tunggu sini, tak mandi dulu” aku berpaling pada
dua tentara itu.
“dek buatkan mereka kopi ya” aku menuju kamar mandi, solat
dan berganti baju dengan cepat. 15 menit kemudian aku telah memasuki mobil
mereka, kedua tentara itu duduk si depan sedangkan aku di belakang.
Aku membuka kaca mobil dan berkata pada istriku.
“dek, jangan lupa siapkan motherboard untuk si sulung dan
bilang aku segera kembali”
“iya mas, cepet kembali ya mas, eh bungsu, salim dulu sama
ayah”
Sibungsu menyalami ku, dan saat itu lah mobil berjalan dan
meninggalkan rumah ku dengan perlahan.
“ada apa presiden ingin menemuiku?”
“sesuatu yang sangat penting pak, mengenai patung”
Bersambung…….